“This just happened, all of the sudden”
Felix mendaratkan kaki telanjangnya pada pasir halus yang ia pijak. Ben mengikuti langkah sang pemuda manis itu, menyusuri bibir pantai seperti dua bulan lalu.
“All start from here, Lix” ucap Ben.
Anggukan setuju sang lelaki dengan tubuh lebih besar itu dapatkan sebagai jawaban. “Bedanya sekarang sunrise aja” tambahnya.
Keduanya terdiam cukup lama, yang memenuhi hanya hening diselimuti gemericik ombak dan terpa angin yang mengibas surai sang dua pemuda yang duduk bersebelahan.
Ben terlarut dalam pikirannya, kini dirinya yang lebih layak dicap sebagai orang dengan khawatir berlebih untuk hal yang tidak perlu. Sepasang netranya menatap lurus, menunggu matahari akan menghangatkan tubuhnya sebentar lagi.
Terlepas dari dawai kepalanya yang berusaha kembali tertata, sang pemuda yang lebih kecil lebih dulu menggapai tatap lelaki di sebelahnya. “Ben, kita nih masih belum jelas loh” menjadi kalimat yang merupakan sepercik protes dari Felix.
Gurat gugup terpancar jelas dari wajah Ben yang memerah sendirinya. “Gue ga mau terkesan, uhm… pushing you too hard” jawabnya yang merupakan pernyataan hipokrit.
Ben menghabiskan sisa kewarasannya untuk merangkai kalimat agar hubungan keduanya dapat memiliki garis tegas. “Won’t you ask me something, Ben?”
Belah ranumnya tergigit gugup, Ben belum pernah sekalut ini untuk mengucap sepatah kata pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas apa maksudnya. Lidahnya terlanjur kelu, bersamaan dengan desir darahnya yang dapat ia rasakan mengaliri setiap bagian tubuhnya.
“Why do you want me to ask you something obvious?”
Ben memperhatikan setiap lekuk pahatan wajah juwita Lix yang menangkap pertanyaannya barusan. Rona merah yang juga terpancar dari sepasang pipi tirusnya, menyatu indah dengan diamond eyes Lix yang memantulkan sinar malu sang baskara.
“I want to know, how my heart will react”
Tatap keduanya kembali bertemu, dengan milik Ben yang lebih tegas dari sebelumnya. “Be my boyfriend will you, Lix?” Tanyanya dalam satu hentakkan nafas. Sedikit banyak Felix dapat merasakan jantungnya memompa lebih cepat, namun tidak sebanyak apa yang ia ekspektasikan. Mungkin karena dirinya sudah habis berdebar membaca pesan singkat Ben sebelumnya?
“Ben”
Pemuda yang terpanggil berdeham menyahuti, sebelah kuasanya bergerak mengambil tangan Lix untuj ia genggam halus. menyisir jemari kecilnya untuk ditautkan dengan tangannya sendiri. “I want to make sure myself once more, can I?” izinnya.
Ben mengangguk, “Sure, Lix. Whatever you want”.
Keduanya memiliki sebelah tangan yang saling bertaut, sang pemuda manis itu memanfaatkannya untuk menarik tubuhnya agar dapat duduk lebih dekat. Pula, Bin bukan seorang yang naif akan pergerakan si manis yang kini menyondongkan wajahnya. “When I told you to look closer to see yourself, try to be this close to the mirror”. Serabut panas menjalar mulai dari pipi hingga leher Lix yang dapat Ben lihat jelas. “Lo yakin?” Tanyanya.
“You said whatever I want”
Ben mengangkat dagu sang jelita, mempertemukan belah ranumnya dengan milik Lix yang sudah lama ia terka seperti apa rasanya. Pangutan manis yang tercipta sedikit mengagetkan Lix yang masih terbuka sepasang maniknya, memperhatikan Ben yang melahap pelan ranum bawahnya.
Manis menjadi kata pertama yang terlintas dalam benak Ben. Terlalu memabukkan hingga enggan mengambil sedikit istirahat untuk sekedar bernafas. Lix yang awalnya terkaget mulai membalas pangutan lelaki yang lebih tua darinya itu, melemaskan pergerakan liadahnya yang mengizinkan Ben melesak masuk untuk bersapa dengan miliknya.
Pula menjadi bedeng pertahanan sang pemuda kecil yang hampir terjatuh itu untuk tidak berteriak. Tubuhnya yang ditopang kuat oleh Ben sudah memerah bukan main, menahan debar jantung yang ia rasa dapat terdengar jika mereka berada di ruangan tertutup.
Debar seperti ini yang Lix inginkan.
Pangutan keduanya merenggang, menciptakan jarak cukup untuk kembali mempertemukan tatap keduanya yang kini lebih sayu.
“For fuck sake, Lix. I’ll be a broken mess if you reject me this time” Ucap Ben dalam nafasnya yang masih terengah.
Felix tersenyum tipis, mencuri kecup singkat tepat pada ranum merah yang sepertinya sebengkak miliknya.
“Make me fall way harder than before”
WASWESWOS GUE BIKIN NARASI CIUMAN NINU NINU PANIK BRO
gatau itu enak dibaca apa ngga tapi yawdah lah ya :D